Senin, 16 Januari 2017

KISAH NABI MUHAMMAD SAW : TAK APA KELAPARAN, ASAL JANGAN UMMATKU

(photo:bp.blogspot.com)


Diriwayatkan saat Rasulullah SAW mengimami sholat berjamaah dan sayyidina Umar ibnu Khattab r.a sebagai makmum yang paling dekat posisinya dengan sang kekasih Allah tersebut. Umar ibnu Khattab r.a terheran karena setiap kali melakukan gerakan sholat terdengar suara seperti suara tulang dari daerah perutnya. Sebenarnya apa yang disembunyikan Rasulullah SAW?

Setelah selesai melakukan sholat berjamaah, Umar ibnu Khattab r.a pun langsung menghampiri Rasulullah SAW dan langsung menanyakan perihal yang tidak ingin ia ketahui, "Yaa Rasulullah... Apa yang membebanimu?".

Rasul pun menjawab,"Tidak ada". Tidak puas dengan jawaban Rasulullah SAW, Umar ibnu Khattab pun bertanya kembali, "Apa yang sebenarnya engkau sembunyikan Yaa rasulullah? Aku mendengar suara tulang saat engkau melakukan gerakan sholat yang satu menuju gerakan selanjutnya. Apa begitu berat beban yang engkau pikul?", Rasul pun menjawab,"Tidak apa-apa wahai Umar".

Umar ibnu Khattab tetap terus ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa menjawab dengan kata-kata, Rasulullah pun kemudian membuka bajunya dan terlihat lilitan kain di daerah perutnya. Kemudian Rasulullah SAW membuka kain tersebut, dan terlihatlah kerikil-kerikil di dalamnya.

Kemudian Rasulullah SAW berkata, " Sebenarnya yang kamu dengar wahai Umar bukannlah suara tulamg,melainkan suara batu kerikil ini, aku sudah beberapa hari tidak makan". Melihat dan mendengar keadaan tersebut, hati Umar begitu tersentak.

"Yaa Rasulullah, mengapa engkau sampai tidak cerita tentang hal ini, engkau kelaparan sedangkan kami kecukupan. Kami rela kelaparan asalkan kekasih Allah jangan sampai kelaparan",ucap Umar 

"Wahai Umar, kelaparan ini biarkan menjadi suatu kenikmatan baagiku. Asalkan jangan sampai umatku mengalami hal serupa. Jangan sampai mereka kelaparan. Aku rela menanggung semua untuk umatku", jawab Rasul dengan kelembutan hatinya.


Wahai saudara? betapa cintanya Rasulullah SAW kepada kita selaku umatnya. Bahkan di akhir hayatnya pun ia masih teringat pada kita. 

Bagaimana dengan kita selaku ummatnya?


1 komentar: